At the risk of appearing to talk
nonsense I tell you that the Nazi movement will go on for 1,000 years! …
Don’t forget how people laughed at me 15 years ago when I declared that
one day I would govern Germany. They laugh now, just as foolishly, when
I declare that I shall remain in power!
(Adolf Hitler to a British correspondent in Berlin, June 1934)
Diktator Jerman,
Adolf Hitler diyakini tewas bunuh diri di sebuah bunker di Berlin pada 30 April 1945. Namun, fakta itu kini dipertanyakan.
Seperti dikutip dari laman Daily Telegraph, Senin 28 September 2009,
Program History Channel Documentary Amerika Serikat menyatakan tengkorak
milik Hitler yang disimpan Rusia bukan milik pemimpin NAZI tersebut.
Itu adalah tengkorak perempuan berusia di bawah 40 tahun, bukan Hitler yang dinyatakan meninggal di usia 56 tahun.
Penemuan ini, menguatkan kembali teori konspirasi bahwa Hitler tidak
mati pada 1945. Dia diduga melarikan diri dan mati di usia tua.
Sejumlah teori beredar soal dimana
kematian Hitler. Ada yang mengatakan
Hitler meninggal di Argentina, Brazil, Amerika Selatan, bahkan konon juga
Hitler Meninggal di Indonesia.
***
Jurnalis Argentina sekaligus pengarang buku ‘Bariloche Nazi’, Abel Basti meyakini Hitler tewas di Argentina pada 1960.
Basti mengklaim Hitler melarikan diri dari Jerman menggunakan kapal
selam. Bersama belahan jiwanya, Eva Braun, Hitler diyakini menghabiskan
hari-hari terakhirnya di sebuah kota bernama Bariloche. Basti
mendasarkan klaimnya atas keterangan beberapa saksi.
Kemudian, seperti dikutip laman Salisburypost, 30 Agustus 1999,
artikel surat kabar pada 17 Juli 1945, memberitakan Hitler dan Eva braun
terlihat di Argentina.
Seorang wartawan mengirim cerita dari Montevideo ke Chicago Times —
Hitler dan Braun melarikan diri ke Argentina dengan kapal selam.
Keduanya hidup di kompleks orang-orang Jerman di Patagonia.
Sementara, klaim bahwa Hitler meninggal di Brazil didasarkan pengakuan anggota NAZI bahwa Hitler meninggal pada 1980 di Brazil.
Brazil diketahui sebagai tempat pelarian para mantan pengikut Hitler.
Sebuah makam NAZI bahkan ditemukan di pedalaman Hutan Amazon, lengkap
dengan lambang NAZI di nisan yang berbentuk salib.

***
Sebuah artikel mengejutkan telah lama beredar di sejumlah mailing list
dan laman jejaring sosial. Artikel itu berisi versi lain cerita kematian
diktator Jerman, Adolf Hitler. Dikatakan
Hitler meninggal di Indonesia.
Cerita ini berawal dari sebuat artikel di Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983. Penulisnya bernama
dr Sosrohusodo
— dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas di kapal
yang dijadikan rumah sakit bernama ‘Hope’ di Sumbawa Besar.
Dia menceritakan pengalamannya bertemu dengan dokter tua asal Jerman bernama
Poch di Pulau Sumbawa Besar tahun 1960. Poch adalah pimpinan sebuah rumah sakit terbesar di pulau tersebut.
Klaim yang diajukan
dr Sosrohusodo jadi polemik. Dia mengatakan dokter tua asal Jerman yang dia temui dan ajak bicara adalah Hitler di masa tuanya
Bukti-bukti yang diajukan Sosrohusodo, adalah bahwa dokter tersebut
tak bisa berjalan normal — Dia selalu menyeret kaki kirinya ketika
berjalan.
Kemudian, tangannya, kata
Sosrohusodo, tangan kiri dokter Jerman itu selalu bergetar. Dia juga punya kumis vertikal mirip Charlie Chaplin, dan kepalanya gundul.
Kondisi ini diyakini mirip dengan gambaran Hilter di masa tuanya —
yang ditemukan di sejumlah buku biografi sang Fuhrer. Saat bertemu
dengannya di tahun 1960, orang yang diduga Hitler berusia 71 tahun.
Menurut Sosrohusodo, dokter asal Jerman yang dia temui sangat
misterius. Dia tidak punya lisensi untuk jadi dokter, bahkan dia sama
sekali tak punya keahlian tentang kesehatan.
Keyakinan Sosro, bahwa dia bertemu Hitler dan Eva Braun, membuatnya
makin tertarik membaca buku dan artikel soal Hitler. Kata dia, setiap
melihat foto Hitler di masa jayanya, dia makin yakin bahwa Poch, dokter
tua asal Jerman yang dia temui adalah
Hitler.
Keyakinannya bertambah saat seorang keponakannya, pada 1980, memberinya buku biografi
Adolf Hitler karangan Heinz Linge yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Try Budi Satria.
Dalam halaman 59 artikel itu diceritakan kondisi fisik Hitler di masa
tua. “Sejumlah orang Jerman tahu Hitler menyeret kakinya saat berjalan,
penglihatannya makin kabur, rambutnya tak lagi tumbuh. Kala perang
makin berkecamuk dan Jerman terus dipukul kalah, Hitler menderita
kelainan syaraf.”
Saat membaca buku tersebut, Sosro makin yakin, sebab kondisi fisik yang sama dia temukan pada diri Poch.
Dalam buku tersebut juga diceritakan tangan kiri Hitler selalu bergetar sejak
pertempuran Stalingrad (1942 -1943) — yang merupakan pukulan dahsyat bagi tentara Jerman.
Sosro mengaku masih ingat beberapa percakapannya dengan
Poch
yang diduga adalah Hitler. Poch selalu memuji-muji Hitler. Dia juga
mengatakan tak ada pembunuhan di Auschwitz, kamp konsentrasi yang
diyakini sebagai lokasi pembantaian orang-orang Yahudi.
“Saat saya bertanya soal kematian Hitler, dia mengatakan tak tahu.
Sebab, saat itu situasi di Berlin dalam keadaan chaos. Semua orang
berusaha menyelamatkan diri masing-masing,” kata Sosrohusodo, seperti
dimuat laman Militariana.
Sosro mengaku pernah memeriksa tangan kiri Poch yang selalu bergetar.
Saat menanyakan kapan gejala ini mulai terjadi, Poch lalu bertanya pada
istrinya yang lalu menjawab, “ini terjadi ketika Jerman kalah di
pertempuran dekat Moskow. Saat itu Goebbels mengatakan padamu bahwa kau
memukuli meja berkali-kali.”
Goebbels yang disebut istri Poch diduga adalah Joseph Goebbe, menteri
propaganda Jerman yang dikenal loyal dengan Hilter. Kata Sosro, istri
Poch, yang diduga
Eva Braun, beberapa kali memanggil suaminya ‘Dolf’, yang diduga kependekan dari
Adolf Hitler.
Usai membaca artikel-artikel tersebut, Sosro mengaku menghubungi Sumbawa Besar. Dari sana, dia memperoleh informasi
dr Poch meninggal di Surabaya.
Poch meninggal pada 15 Januari 1970 pukul 19.30 di
Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya karena serangan jantung, dalam usia 81 tahun. Dia dimakamkan sehari kemudian di daerah Ngagel.
Kata Sosro, setelah istrinya yang asal Jerman, diduga Eva Braun,
meninggalkannya, Poch yang diduga sebagai Hitler menikah lagi dengan
wanita Sunda asal Bandung berinisial ‘S’. Terakhir ‘S’ diketahui tinggal
di Babakan Ciamis.
Setelah menutup mulut, S akhirnya memberi semua dokumen milik
suaminya pada Sosro. termasuk foto perkawinan, surat izin mengemudi
lengkap dengan sidik jari Poch.
Ada juga buku catatatan berisi nama-nama orang Jerman yang tinggal di
beberapa negara, seperti Argentina, Italia, Pakistan, Afrika Selatan,
dan Tibet. Juga beberapa tulisan tangan steno dalan bahasa Jerman
Buku catatan Poch berisi dua kode, J.R. KepaD
No.35637 dan 35638, kode simbol lelaki dan perempuan.
“Ada kemungkinan buku catatatan dimiliki dua orang, Hitler dan Eva Braun,” kata Sosro.
Ada juga tulisan yang diduga rute pelarian Hitler — yakni B (Berlin),
S (Salzburg), G (Graz), J (Jugoslavia), B (Belgrade), S (Sarajevo), R
(Rome), sebelum dia ke Sumbawa Besar.
Istri kedua Poch, S juga menceritakan suatu hari dia melihat suaminya
mencukur kumis dengan gaya mirip Hitler. Ketika dia bertanya, suaminya
menjawab, “jangan bilang siapa-siapa.”
Sosro mengaku tak ada maksud tersembunyi di balik pengakuannya. “Saya
hanya ingin menunjukan Hitler meninggal di Indonesia,” kata dia.
Hingga saat ini apakah Hitler tewas di bunker, di Argentina, Brazil,
atau Indonesia, belum bisa dipastikan. Kisah akhir hayat ‘sang Fuhrer’
terus jadi misteri.
Kesaksian Mantan Pasien Dokter Poch ‘Hitler’
Penelusuran soal kebenaran cerita ini diawali dari Sumbawa. Seorang
saksi, bernama Ahmad Zuhri Muhtar mengaku memang ada dokter bernama Poch
yang bekerja di Rumah Sakit Umum Sumbawa. Poch juga berpraktek di Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang saat ini menjadi Puskesmas Seketeng.
Kebetulan Puskesmas itu ada di dekat rumah,” kata Ahmad
Ahmad mengaku saat duduk di kelas 1 atau 2 Sekolah Dasar, dia menjadi pasien dokter Poch.
“Saya sering diperiksa. Waktu itu perasaan saya takut. Gayanya kayak
gitu bukan gaya dokter. Itu ingatan saya waktu masih kecil,” kata dia.
Dokter Poch yang dia kenal nampak garang. “Kalau
dikatakan galak, nggak juga. Bahasa Indonesianya pas-pasan, dan ada
gaya-gaya menggertak,” kata dia.
Ahmad menceritakan ciri-ciri dr Poch yang dia kenal. “Kepala botak,
kumis tebal merah jagung. Dia juga memakai kaca mata,” kata dia.
Poch juga agak pincang. “Mobilnya Jeep kap terbuka, seperti buatan
Jerman. Kalau menyetir dengan satu tangan, gaya geng-geng begitu,”
tambah Ahmad.
Pria kelahiran 1955 itu menceritakan Poch datang menumpang kapal
asing ‘Hope’. Kapal itu membawa obat-obatan dan menyediakan pengobatan
gratis.
“Saya ingat, para penumpang dan kru-kru kapal dibawa turun melihat
karapan kerbau di dekat rumah saya. dr Poch juga ada di komunitas itu,”
tambah dia.
Terkait informasi yang menyatakan
Poch adalah Hitler,
Ahmad mengaku tak tahu pasti. Meski, dia mengakui ada kemiripan Poch
dengan foto Hilter yang dia lihat di sejumlah media dan buku.
Kata Ahmad, harus ada kajian yang lebih ilmiah. Bagaimanapun, Hitler
adalah sosok besar dalam sejarah yang layak diungkap kehidupannya.
“Saat ini soal Hitler seakan terabaikan. Padahal kalau mau menguak
kisah ini sudah ada pintu masuknya, dokter Poch di Sumbawa besar dan
makamnya di Ngagel,” kata Ahmad.
“Warga Mengira dr Poch Mantan Tentara NAZI”
Aries Zulkarnaen, salah satu saksi keberadaan dr Poch mengatakan
dokter itu punya dua kepribadian yang bertolak belakang, pemarah namun
sering bercanda dengan warga.
“Dia pemarah, banyak memberi resep dengan mulut [menyebutkan nama
obat], tapi kalau ada yang tanya lagi, dia bilang, kan sudah saya
bilang,” kata Aries
Poch juga akan marah jika pasiennya menyebut
penyakit yang mereka derita. “Apa kamu dokter?,” kata Aries, menirukan
gertakan yang sering diucapkan Poch.
Ditambahkan Aries, Poch yang dia kenal juga humoris. “Nggak takut guyon dengan masyarakat,” kata dia.
Yang paling menonjol dari Poch, ungkap Aries, adalah caranya menyetir mobil Jeep kap terbukanya.
“Jalan-jalan di Sumbawa dulu belum bagus, tapi dia menyetir dengan satu jari. Luar biasa,” kata Aries.
“Itu tanda-tanda dia mantan tentara,” tambah Aries.
Meski tak pernah menyangka bahwa Poch adalah Hitler, Aries mengaku masyarakat memperkirakan dia
mantan tentara NAZI.
“Dia sangat enerjik, kelihatan sekali tentaranya. Warga saat itu sudah mengira dia
mantan tentara NAZI,” jelas dia.
Makam dr Poch ‘Hitler’ Terakhir Ditengok 1980
makam dr. poch di TPU Ngagel Utara
Makam dr Poch yang diduga Adolf Hitler di Tempat Pemakaman Umum
Ngagel Utara, Jalan Bung Tomo, Surabaya, kini tidak terawat. Tidak ada
sanak famili yang mengurus makam tersebut.
Makam yang terletak di pojok selatan TPU itu terakhir kali dikunjungi sekitar 30 tahun silam.
Yono (48), tukang batu yang kini menjaga kompleks pemakaman itu
mengungkapkan, cerita dari juru kunci (kuncen) makam yang sudah
meninggal lima tahun lalu, terhitung dua kali makam itu dikunjungi.
“Pertama sekitar 1972 ada yang datang ziarah, kemudian sekitar tahun
1980. Itu yang terakhir, setelah itu sampai sekarang tidak pernah ada
lagi,” kata Yono saat ditemui VIVAnews, Senin kemarin.
Pengunjung terakhir, kata dia, delapan orang asing, tiga perempuan
dan lima laki-laki yang mengaku datang dari Jakarta. Namun mereka tidak
menyebutkan apakah masih ada hubungan keluarga atau tidak.
Makam dr Poch kini ditumbuhi rumput dan tanaman
rambat yang oleh warga sekitar disebut golang galing. Makam berukuran
2×1 meter itu dikelilingi pagar besi yang sudah berkarat. Pintu pagar
itu sudah sulit dibuka karena lengket akibat sudah lama tidak dibuka.
Satu-satunya yang menandakan makam itu tempat peristirahatan dr Poch
adalah nama ‘dr GA Poch’ yang tertulis di nisannya.
Selain nama, tertulis pula ‘CC 258′ yang merupakan nomor urut makam.
Sedangkan tempat lahir dan wafat dibiarkan kosong. Dokter Poch
dimakamkan pada 1970. Dia meninggal di
RS Karang Menjangan, Surabaya. Dia satu-satunya orang asing yang dimakamkan di pemakaman tersebut.
Yono yang tinggal tidak jauh dari pemakaman itu juga bercerita, makam
tersebut dua kali dipugar oleh RS Karang Menjangan. Terakhir makam itu
dilapisi batu granit abu-abu hitam.
Yono yang saat dr Poch dimakamkan masih berusia 10 tahun ingat saat
dimakamkan, banyak dokter yang datang. Dia tahu dari baju putih yang
dikenakan mereka. “Di RS Karang Menjangan kan dulu banyak dokter asing,”
kata dia.
Sementara warga lain, Supi’i (49) yakin dr Poch adalah tentara asing
yang bertugas di bagian medis. “Dia dibawa dari luar Pulau Jawa dan
meninggal di sini. Itu cerita kuncen di sini dulu,” kata dia.
Makam dr Poch ‘Hitler’ Tak Bertanggal Lahir
Benarkah dokter Poch yang meninggal di
RS Karang Menjangan, Surabaya,
Adolf Hilter yang melarikan diri dari tanah kelahirannya? Di manakah makam diktaktor Jerman itu?
Penelusuran pada Senin 22 Februari 2010, menemukan tempat
peristirahatan dr Poch berada di Pemakaman Umum Ngagel Utara, Jalan Bung
Tomo, Surabaya.
Makam itu berada di pojok bagian selatan dengan kondisi yang
mengenaskan dan tidak terawat. Selain kusam, makam yang dilapisi batu
granit hitam itu juga dipenuhi rumput golang-galing.
Makam berukuran 2×1 meter itu dikelilingi pagar besi yang sudah
berkarat. Ada sebuah pintu masuk menuju makam yang sudah tidak bisa
dibuka lagi karena kondisi pintu yang saling menempel akibat karat.
Pagar tersebut kini beralih fungsi menjadi jemuran. Dua helai pakaian
terlihat menghiasi pagar itu.
Dokter Poch merupakan satu-satunya orang bule yang dimakamkan di
pemakaman tersebut. Warga sekitar tidak tahu si bule yang dimakamkan itu
dari mana asalnya. Sebagian menyebut dari Belanda, lainnya lagi
menyebutkan bule Inggris.
Di atas makam tersebut tertulis identitas “
dokter GA Poch“.
Hanya inilah satu-satunya identitas yang menunjukkan bahwa makam itu
memang makam orang yang pernah memimpin rumah sakit di Sumbawa Besar.
Tidak ada identitas lain yang tertulis di batu berukuran 20×10 cm
tersebut.
Kolom lahir dan wafat dibiarkan kosong, sehingga tidak ada identitas
kapan Poch dilahirkan dan wafat. Selain nama, identitas lain yang
tertulis di batu itu hanya nomor urut makam, yakni ‘CC 258′.
Yono (48), tukang batu, yang kini menjaga kompleks pemakaman itu
menuturkan, Poch dimakamkan sekitar tahun 1970. “Saya diberitahu kuncen
makam yang meninggal 5 tahun lalu,” katanya.
Yono yang tinggal di sekitar makam itu mengingat saat sang dokter
dimakamkan, usianya sekitar 10 tahun. Saat itu ia melihat banyak dokter
yang mengikuti prosesi pemakaman.
Kok bisa tahu itu dokter? “Karena banyak yang pakai baju putih-putih kayak dokter. Banyak orang Belanda-nya,” kata Yono.
Apakah Dr Poch Itu Hitler? Ini Pendapat LIPI
Adolf Hitler, diktator Jerman pelaku genosida bangsa Yahudi
disebut-sebut adalah dr Poch yang meninggal di Surabaya. Lembaga Ilmu
Pengetahuan (LIPI) belum memiliki kesimpulan apakah dokter tua asal
Jerman yang bertugas di kapal rumah sakit ‘Hope’ di Sumbawa Besar itu
adalah Adolf Hitler.
“Memang ada cerita tentang seorang dokter di Sumbawa Besar, dr Poch.
Saya juga mendengar itu,” kata Sejarawan LIPI Asvi Warman Adam dalam
perbincangan dengan VIVAnews.
Asvi mengakui memang belum ada kesimpulan kepastian apakah dr Poch
itu adalah Adolf Hitler. Asvi juga belum pernah menemukan tulisan atau
bukti lain keterkaitan antara dokter tua asal Jerman itu dengan Hitler.
“Buktinya tidak jelas. Apakah orang itu Hitler atau bukan. Jadi,
tentunya kita tidak memastikan di sini,” kata pria yang mendapat gelar
doktor dari Ecole des Hautes Etudes en S. Sociales, Paris pada 1990 ini.
Menurut Asvi, bukti makam atau kuburan dr Poch belum cukup untuk
membuktikan bahwa dia adalah ‘sang Fuhrer’. Begitu juga dengan pengakuan
lisan kesaksian dari seseorang.
“Ini dikatakan orang Nazi. Apakah mendarat secara beramai-ramai atau
orang per orang. Kita harus melacak lagi,” ujar peneliti senior LIPI
ini.
Asvi beranggapan dugaan dr Poch itu adalah Hitler lebih tepatnya
disebut ‘sejarah populer’. Dan itu belum bisa dipastikan kebenarannya.
“Kenapa Hitler memilih Indonesia? Itu cerita yang terpisah dari
konteks sejarah Indonesia. Tidak ada kaitannya dengan sejarah
Indonesia,” tegasnya.
Dr Poch diketahui meninggal pada 15 Januari 1970 pukul 19.30 di Rumah
Sakit Karang Menjangan Surabaya karena serangan jantung, dalam usia 81
tahun. Dia dimakamkan sehari kemudian di daerah Ngagel.
Namun, fakta di mana ‘sang Fuhrer’ menghabiskan akhir hayatnya belum
bisa dipastikan sampai saat ini. Ada yang yakin Hitler tewas bunuh diri
di sebuah bunker di Berlin pada 30 April 1945.
Ada juga versi lain, bahwa pemimpin Nazi ini meninggal di Argentina, Brazil, atau sebuah tempat di Amerika Selatan.