Al Ghazali
Sejak kecil Al Ghazali terkenal akan kecintaannya terhadap ilmu
pengetahuan dan kegigihannya dalam mencari ilmu. Maka, tidak
mengherankan jika dalam masa usia yang masih kanak-kanak, ia telah
belajar dengan sejumlah guru di tanah kelahirannya. Al-Ghazali
menjelaskan bahwa: konsep pendidikan yang benar itu mengajarkan secara
menyeluruh yang meliputi tujuan pendidikan, metode, etika guru,
kurikulum dan murid.
Sebagai gambaran kecintaannya akan ilmu pengetahuan, dikisahkan pada
suatu hari dalam perjalanan pulangnya ke Thus, beliau dan teman-temannya
dihadang oleh sekawanan pembegal yang kemudian merampas harta dan
kebutuhan yang mereka bawa. Para pembegal merebut tas al-Ghazali yang
berisi buku-buku yang ia senangi, kemudian ia meminta dengan penuh iba
pada kawanan pembegal itu agar sudi kiranya mengembalikan tasnya, karena
beliau ingin mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang
terkandung di dalamnya. Kawanan itupun merasa iba dan kasihan padanya
sehingga mengembalikan tas itu. Dan setelah peristiwa itu, ia menjadi
semakin rajin mempelajari dan memahami kandungan kitab-kitabnya dan
berusaha mengamalkannya. Bahkan, beliau selalu menyimpan kitab-kitab itu
di suatu tempat khusus yang aman.
Menurut Al-Ghazali, pendidikan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT, begitupun pemanfaatannya harus bertujuan untuk ta’abbud
kepada Allah SWT. Beliau membagi ilmu pengetahuan menjadi 3 kategori,
yaitu:
ilmu yang tercela,
ilmu yang terpuji
ilmu terpuji dalam kadar tertentu atau sedikit, dan tercela jika mempelajarinya secara mendalam.
Lebih lanjut, Al-Ghazali memakai pendekatan behavioristik dalam metode
pendidikannya dan mengelaborasinya dengan pendekatan humanistik. Ia juga
memberikan perhatian yang sangat besar pada tugas seorang pendidik dan
murid. Menurutnya, pendidik dan murid haruslah menjaga etika dan
tugas-tugas mulianya agar dapat mengantarkannya pada kedekatakan Allah
SWT sesuai dengan tujuan penciptaannya di muka bumi ini.
Setelah mengajar di berbagai tempat seperti Bagdad, Syam dan Naysaburi,
Pada tahun 500 H/1107 M Al-Ghazali kemudian kembali ke kampung
halamannya, banyak bertafakkur, menanamkan ketakutan dalam kalbu sambil
mengisi waktunya dengan mengajar pada madrasah yang ia dirikan disebelah
rumahnya untuk para penuntut ilmu dan tempat khalwat bagi para sufi.
Dan pada hari senin, 14 jumadal akhirah 505 H/18 desember 1111 M, Imam
al-Ghazali berpulang meninggal ditanah kelahirannya, Thus dalam usia 55
tahun.
No comments:
Post a Comment