Pages

Thursday, February 26, 2015

Pahlawan Pendidikan Dunia #12

Al Ghazali

Sejak kecil Al Ghazali terkenal akan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan dan kegigihannya dalam mencari ilmu. Maka, tidak mengherankan jika dalam masa usia yang masih kanak-kanak, ia telah belajar dengan sejumlah guru di tanah kelahirannya. Al-Ghazali menjelaskan bahwa: konsep pendidikan yang benar itu mengajarkan secara menyeluruh yang meliputi tujuan pendidikan, metode, etika guru, kurikulum dan murid.
Sebagai gambaran kecintaannya akan ilmu pengetahuan, dikisahkan pada suatu hari dalam perjalanan pulangnya ke Thus, beliau dan teman-temannya dihadang oleh sekawanan pembegal yang kemudian merampas harta dan kebutuhan yang mereka bawa. Para pembegal merebut tas al-Ghazali yang berisi buku-buku yang ia senangi, kemudian ia meminta dengan penuh iba pada kawanan pembegal itu agar sudi kiranya mengembalikan tasnya, karena beliau ingin mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Kawanan itupun merasa iba dan kasihan padanya sehingga mengembalikan tas itu. Dan setelah peristiwa itu, ia menjadi semakin rajin mempelajari dan memahami kandungan kitab-kitabnya dan berusaha mengamalkannya. Bahkan, beliau selalu menyimpan kitab-kitab itu di suatu tempat khusus yang aman.
Menurut Al-Ghazali, pendidikan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, begitupun pemanfaatannya harus bertujuan untuk ta’abbud kepada Allah SWT. Beliau membagi ilmu pengetahuan menjadi 3 kategori, yaitu:
ilmu yang tercela, 
ilmu yang terpuji 
ilmu terpuji dalam kadar tertentu atau sedikit, dan tercela jika mempelajarinya secara mendalam. 
Lebih lanjut, Al-Ghazali memakai pendekatan behavioristik dalam metode pendidikannya dan mengelaborasinya dengan pendekatan humanistik. Ia juga memberikan perhatian yang sangat besar pada tugas seorang pendidik dan murid. Menurutnya, pendidik dan murid haruslah menjaga etika dan tugas-tugas mulianya agar dapat mengantarkannya pada kedekatakan Allah SWT sesuai dengan tujuan penciptaannya di muka bumi ini.
Setelah mengajar di berbagai tempat seperti Bagdad, Syam dan Naysaburi, Pada tahun 500 H/1107 M Al-Ghazali kemudian kembali ke kampung halamannya, banyak bertafakkur, menanamkan ketakutan dalam kalbu sambil mengisi waktunya dengan mengajar pada madrasah yang ia dirikan disebelah rumahnya untuk para penuntut ilmu dan tempat khalwat bagi para sufi. Dan pada hari senin, 14 jumadal akhirah 505 H/18 desember 1111 M, Imam al-Ghazali berpulang meninggal  ditanah kelahirannya, Thus dalam usia 55 tahun.

No comments:

Post a Comment